Barukh, 5:1-9
Mzm. 126: 1-2, 2-3, 4-5, 6
Philippians, 1:4-6, 8-11
Lukas, 3:1-6
Bacaan Injil kemukakan tentang Yohanes Pembaptis yang tampil menyiapkan umat bagi kedatangan Tuhan. Ia mengundang mereka untuk bertobat dari dosa atau menerima pengampunan. Pengampunan sebab yang datang adalah Tuhan. Tuhan yang penuh dengan belaskasih kepada orang yang berdosa. Soal berikut adalah kenapa pengampunan dan bukan yang lain? Bacaan pertama berkisah tentang Israel yang akan menerima keadilan jika mereka mau datang kepada Jahweh?
Dosa apa yang dilakukan oleh bangsa Israel memang tidak dibicarakan dalam bacaan ini namun keadilan adalah jaminan bila mereka bertobat dan kembali kepada Allah. Bahkan lebih dari itu:
“ You will be named by God forever, the peace and justice …” Barukh,
Jelas di sini bahwa keadilan hanya bisa diberikan kepada pendosa setelah ia mengakui dosa-dosa secara jujur. Sebab orang yang jujur selalu jauh dari dosa dan tidak akan mendapat hukuman oleh karena kejujurannya. Dengan kata lain, sekalipun bangsa Israel bertindak melawan Allah lewat dosa, mereka tetap akan menerima belaskasih Allah yang tampak dalam keadilan yang diberikan asal mereka jujur. Keadilan lalu menjadi imbalan atas mereka yang bertobat. Dan jelas bahwa sikap Allah bagi pendosa yang bertobat adalah keadilan yang berarti belaskasih, yang berarti cinta yang berarti keselamatan. Singkatnya, siapa yang bertobat pasti selamat dan siapa yang tidak bertobat harus berhadapan dengan pengadilan Allah.
Dalam bacaan kedua St. Paulus memuji orang-orang di Philipi yang sejak awal selalu setia mendengar pewartaan yang dikabarkan oleh Santu Paulus. Karena itu mereka mendapatkan penghormatan darinya sebagai tanda terimakasihnya. Paulus berterimakasih kepada mereka karena mereka membiarkannya (Paulus) bersaksi tentang imannya. Dan dari kesaksian itu tampak bahwa Yesus sangat mengasihinya dan membawanya kepada keselamatan.
Dari riwayat hidupnya dapat dibaca di sana bahwa Paulus memberikan kesaksian dan diterima oleh komunitas Kristen karena pertobatannya menjadi murid Kristus. Pengalaman pribadi Paulus di Damaskus mengubah hati Paulus yang kasar dan tidak toleran, menjadi lembut dan penuh dengan belaskasih Allah. Dengan kata lain, Paulus tidak menerima rahmat begitu saja. Ia berusaha mencari rahmat itu dan Yesus tampaknya tahu kebutuhannya dan akhirnya ia mendapatkannya. Itu yang membuat Paulus sangat gembira dan kegembiaraan itu bahkan meluap-luap hingga kedatangan kembali Yesus kepadanya.
“I pray always with joy in my every prayer … I am confident of this, that the one who began a good work in you will continue … until the day of Christ Jesus…”
Kegembiraan Paulus lalu menjadi kegembiraan yang menjangkau juga masa depan dan masa depan itu bukan ada di tangannya tapi Yesus sendiri dan dalam diri umat yang dilayani.
Hidup baru yang dimulai Paulus bukan hanya memberikannya pertobatan untuk saat itu tapi sekaligus jaminan akan masa depan. Suatu jalan salib yang menyelamatkan sesudah melewati sebuah penantian panjang yang garang, tidak tenang, malah kacau dan penuh dengan intrik, kepalsuan, bahkan kematian. Kematian dalam Yesus yang datang kepadanya ketika hidup baru itu dimulai, membuat Paulus terus hidup dan penuh dengan harapan. Jadi harapan tumbuh pada saat di mana, Paulus merasa tidak ada harapan sama sekali. Harapan itu lalu menjadi bertambah kuat sebab harapan itu ditumbuhkan oleh seseorang yang memungkinkan suatu harapan bisa tumbuh dan bersemi. Harapan macam ini yang kemudian mendorong Paulus untuk memberikan kesaksian meskipun kemudian mati oleh kesaksiannya sendiri yang bagaikan pedang bermata dua. Tapi dengan itu Paulus berhasil menghantar umatnya kepada jalan yang benar di mana di sana hidupnya sendiri jadi taruhan.
Komitmen Paulus dapat diteruskan sebagai cara atau jalan hidup yang dipilih oleh Paulus. Jalan hidup yang diretasnya bersama Kristus. Suatu jalan hidup yang berliku namun juga di tengah jalan itu Paulus menemukan pembebasannya sendiri. Paulus menaklukan dirinya dengan bersandar pada Yesus yang membuatnya berguna lagi bukan semata-mata di mata manusia tapi juga di mata Allah. Paulus dengan itu tidak bisa dipandang lain selain bahwa penemuan diri dalam Kristus akan membawa penemuan diri yang otentik, tanpa kepalsuan, dusta, keraguan dan ketakutan apapun. Orang bebas adalah orang yang ingin bertemu dengan orang lain dan orang lain selalu ingin bertemu dengannya. Kebebasan membuat perjumpaan terjadi dan perjumpaan itu menjadi amat berharga karena mempertemukan orang-orang yang berjumpa itu untuk berjumpa dengan mereka yang absen atau tidak hadir pada saat itu.
Tak pelak lagi Paulus bisa membangun sebuah jembatan komunikasi yang intens dengan para umatnya dan juga mereka yang mungkin sama sekali belum mengenal Paulus. Nah ketika perjumpaan yang intens atau mendalam sungguh terjadi dapat dibayangkan betapa kuat dan kokoh iman dan hidup orang-orang seperti itu. Segala sesuatu di hadapan mereka jadi terang bahkan apa yang terasa mustahil di mata manusia, justru bagi mereka adalah jalan atau cara memandang hidup dan memaknainya secara baru, penuh makna dan tak akan pernah luntur dalam keadaan yang paling sulit seperti dialami Paulus.
Yohanes yang berseru di padang gurun juga benar ketika ia berucap bahwa:
“ All flesh shall see the salvation of God.”
menjadi kenyataan dalam diri orang yang percaya dan berharap. Tidak ada yang mustahil bagi mereka yang percaya dan berbakti kepada Allah. Tiada tembok pembatas di sana apalagi kelas-kelas dan standard dan ukuran hidup tertentu. Ini tidak berarti bahwa mereka hidup tanpa aturan apapun-liar dan tak terkendali. Bahkan sebaliknya hidup orang yang percaya menunjukkan kepada kita bahwa semakin intensif ketaatan kepada Tuhan semakin bebas kehidupan orang itu. Jadi aturan bukanlah soal yang penting untuk dibicarakan di sini dan selama masa ini kita diundang untuk melihat lebih jauh makna adven bukan sekadar mengikuti sebuah penanggalan liturgi gereja.
Cerita berikut mungkin menarik: Seorang anak yang selalu berhasil di sekolah bertanya kepada ibunya: “Kenapa saya mesti belajar terus-terus terutama pada waktu ujian?” Ibunya memandangnya dan berkata: “Anak! Kamu belum tahu apa yang guru akan tanya kepadamu.”Orang Kristen selalu dalam perjalan (on the way) dan siapkan diri selalu karena kita tidak tahu apa yang terjadi di masa depan. Siapa yang siapkan diri dengan baik dia akan petik hasil akhir yang baik pula. Semoga!
Oleh: Ben Wego, SVD
Of Amerika