quinta-feira, 3 de dezembro de 2009

Adven: Minggu Pertama 2009

Bacaan-Bacaan:Yeremiah, 33:14-16
Mzm. 25:4-5,8-9,10,14I
Thes. 3:12-4:2
Luke, 21:25-28,34-36

Masa adven bagi kebanyakan orang disebut sebagai masa penantian atau masa persiapan kelahiran Kristus pada hari natal. Istilah ini menggambarkan sebuah keyakinan bahwa kelahiran apalagi kelahiran seorang Juru Selamat harus dipersiapkan seperti yang biasa dilakukan dalam kehidupan kita sehari-hari dalam rangka menyiapkan kelahiran seorang anak dalam keluarga. Dalam tenggang waktu demikian (4 minggu) kita akan menyiapkan apa saja yang perlu. Di antaranya adalah persiapan hati kita. Dengan begitu perlu diingat juga bahwa adven mengandung nilai imperative. Kita tidak hanya menunggu dalam suatu sikap yang dingin dan pasif tapi aktif malah pro-aktif dengan kerinduan hari depan. Kita siapkan diri, kita aktif dalam melakukannya tak soal apakah persiapan itu sempurna atau tidak. Yang penting dalam suatu aktus persiapan, melakukan apa yang terbaik selalu merupakan dorongan dan alasan kenapa persiapan itu penting. Misalnya, kalau saya ingin bepergian ke suatu tempat, saya harus menyiapkan apa yang perlu selama dalam perjalanan, tinggal dan kembali. Orang yang sungguh merencanakan hal itu akan sangat senang dan gembira dan lebih banyak waktu terisi dengan kegiatan yang menyenangkan. Sebaliknya orang yang tidak siap dengan baik, akan tampak cemas, ragu atau malah tidak suka melakukan kegiatan apapun.

Adven membuat seorang Kristen aktif. Keaktifan ini dipicu juga oleh satu hal yang sangat penting yakni kelahiran Kristus. Dengan kata lain, Kristuslah yang jadi sasaran dalam masa penantian itu dan bukan sesuatu yang lain. Dapat dibayangkan di sini betapa intensif dan penting persiapan itu jika Kristuslah yang ditunggu. Kalau saya menantikan seseorang apalagi orang itu sangat penting dan mengambil bagian penting dalam hidup saya, maka bobot persiapan saya menyambut orang itu akan sangat menentukan bukan hanya tingkat kepuasaan tapi hasil yang mau dicapai sebelum, selama dan sesudah pertemuan itu terjadi. Dalam bacaan Pertama Nabi Yeremiah menegaskan hal itu kepada orang Israel tentang Tuhan yang akan datang. Yang penting dari bacaan ini adalah Dia yang akan datang itu adalah Tuhan yang menjanjikan kedatangan kepada umat Israel. Bukan sebaliknya umat Israel yang memungkinkan kedatangan itu. Dengan begitu singkat saja dapat dikatakan bahwa apakah Israel menantikan kedatangan itu atau tidak, kedatangan Tuhan tetap terjadi dan tidak bisa dibatalkan oleh siapapun dan apapun. Inilah alasan kenapa Nabi Yeremiah mengingatkan bangsa Israel untuk selalu bersiap-siap.

Dengan janji kedatangan yang tampak tidak diketahui persis oleh bangsa Israel, sudah pasti bahwa mereka harus menyiapkan diri setiap waktu atau tanpa batas waktu kapan Tuhan akan datang.

Bacaan injil hari ini berbicara secara gamblang tentang hal itu.

“ … Be vigilant at all times and pray…”

Lukas menegaskan kesiapsiagaan dengan alasan seperti dalam bacaan pertama di atas. Kita tidak tahu kapan Anak Manusia akan datang dan Dia bisa datang setiap saat bila Dia mau. Di sinilah alasan kenapa persiapan itu harus dilakukan karena tidak terbatas ruang dan waktunya. Tapi bukan sebaliknya.

Dengan begitu sangat penting untuk diperhatikan apa arti dari sebuah persiapan dan yang tak kurang penting adalah keaktifan dalam persiapan itu. Masa adven adalah masa di mana kita siapkan diri secara aktif. Kita tidak duduk di rumah dan tunggu sampai terjadi sesuatu tapi kita aktif menyiapkan itu oleh karena tidak jelasnya ruang dan waktu tadi dan terutama yang datang itu Tuhan sendiri. Sampai dini kiranya penting juga direnungkan bahwa karena Tuhan sendiri yang akan datang untuk memenuhi janjinya, maka jadi bagian penting dalam masa ini untuk bertanya tentang alasan kenapa Tuhan datang? Tuhan datang untuk menebus kita. Rencana itu bukanlah rencana manusia. Kalau sifat kedatangan Tuhan demikian, masa persiapan juga merupakan undangan untuk meniru Tuhan. Bagaimana? Tuhan datang untuk menebus dan setiap orang Kristen terpanggil setiap saat untuk hidup dalam rahmat itu yang antara lain seperti dihimbau oleh St. Paulus dalam bacaan kedua; undangan untuk bertambah dalam cinta dengan saling mencinta satu sama lain.

Tak perlu dijelaskan di sini tentang makna cinta itu. Yang penting untuk dingat bahwa mereka yang menyiapkan diri untuk menerima Tuhan yang adalah cinta atau yang ‘membagi’ cinta, mereka akan bertambah oleh karenanya. Tuhan sendiri yang memberikannya dan karena itu akan memenuhi setiap bejana hati dan jiwa yang mendambakan atau menantikannya.

Inilah alasan kenapa adven penting dan jadi sikap Kristen. Kita bukan hidup sebagai orang pasif yang menunggu sampai sesuatu terjadi dan kita memberikan jawaban atau tanggapan. Setiap orang Kristen selalu terpanggil dan dipanggil untuk mengambil inisiatip dalam hal apa saja tak penting apakah inisiatif itu diterima, sempurna atau tidak. Pesannya jelas: Allah telah menyampaikan itu dan Allah sendiri yang melaksanakan sampai menyelesaikannya. Soal kita adalah jika orang menunggu dalam kepasifan dengan pikiran sempit untuk biarkan Allah melakukan apa saja tanpa keterlibatan apa-apa.


Kalau Allah melihat dunia sebagai tempat realisasi keselamatan kenapa justru manusia tidak menjemputnya sebelum terlambat.

Ben Wego, svd
199 Seminary Dr.
Bay St. Louis, MS-39520
AMERIKA

Sem comentários: